Rabu, 13 Juli 2011

Waspada!! Bahaya Teh di Sekitar Kita.

Saat bangun tidur di pagi hari sungguh sangat menyenangkan. Udara pagi yang masih meninggalkan sisa-sisa hawa dingin malam hari terasa menusuk kulit. Kicauan burung yang seakan menyapa dengan kalimat "Selamat Pagi" menambah keindahan di pagi hari. Apa lagi di meja makan sudah tersedia teh hangat buatan ibuku tercinta.

Perlahan ku seruput cangkir teh itu. Ssrruputtt...ah! Sungguh nikmatnya. Seolah rasa hangat teh menjalar perlahan ke sekujur tubuhku. Ku seruput lagi teh dari dalam cangkir, kali ini aromanya sungguh menenangkan jiwa ini. Tak terasa cangkirku sudah kosong. Teh yang semula ada di dalam cangkir seketika sudah berpindah ke dalam perutku. Luar biasa!

Mungkin di antara kalian memiliki kebiasaan yang serupa dengan saya. Menikmati secangkir teh manis di pagi hari. Atau mungkin ada yang memang penggemar teh. Pastinya memiliki jadwal khusus dengan cara yang menyenangkan dalam menikmati teh.

Tahukah kamu, ternyata teh yang selama ini dikenal memiliki berbagai khasiat, juga dapat memiliki risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan lho. Kok bisa ya?? Bisa saja. Ingin tahu jawabannya?? Yuk kita simak beberapa ulasan di bawah ini.

Sejarah Teh
Camellia sinensis (L.) Kuntze merupakan nama latin yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai tanaman teh. Semua varietas teh merupakan produksi dari tanaman teh. China merupakan negara asal teh. Pada tahun 2737 SM, Kaisar China Shen Nung memasak air di bawah pohon liar dan beberapa daun teh jatuh ke dalam rebusan air tersebut. Air tersebut saat diminum memberikan efek menyegarkan dan menenangkan. Sejak itu teh digunakan sebagai tanaman obat dan berkembang menjadi minuman kesehatan. Tanaman teh ini lebih cocok pada suhu yang sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi. Lingkungan dengan cahaya yang tersebar merata dan tanah yang rendah asam serta berhumus juga disukai oleh tanaman teh. Pepatah China mengatakan bahwa "Semakin tinggi pegunungan maka semakin baik juga kualitas tanaman teh". Artinya kondisi pegunungan yang optimum akan menghasilkan tanaman teh yang berkualitas tinggi karena kuantitas siraman yang tinggi pula dari hujan orografis.

Terdapat 3 tipe dasar teh yang memiliki perbedaan kualitas karakteristik, termasuk warna, aroma, rasa, dan penampilan. Daun teh yang segar biasanya diambil dengan cara dipetik tangan atau dengan mesin pemetik. Jika dibandingkan dengan mesin pemetik, cara petik tangan membutuhkan lebih banyak pekerja, waktu, dan kurang efisien. Tetapi memiliki tingkat keseragaman yang tinggi. Kualitas teh hijau yang terkenal tinggi di China merupakan hasil dari petikan tangan para pemetik daun teh segar. Daun teh di China dipetik pada semua musim, baik musin semi, panas, dan gugur. Pada musim dingin tanaman teh melakukan dorman.

Menurut cara pemprosesan teh dibagi menjadi tiga tipe, yaitu teh hijau (tanpa fermentasi), teh Oolong (semi fermentasi). dan teh hitam (fermentasi). Adanya kombinasi cara pemprosesan menjadikan teh terbagi ke dalam enam tipe, yaitu teh hijau, teh kuning, teh hitam pekat, teh putih, teh Oolong, dan teh hitam.

Konsumsi Teh
Saat ini konsumsi teh di seluruh dunia sangat tinggi. Teh menjadi minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih di dunia. Berdasarkan statistik FAO, produksi dan konsumsi teh mengalami peningkatan yang signifikan. Produksi teh dunia mencapai 3.50 milyar ton pada tahun 2005. Negara produksi teh utama meliputi China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, Indonesia, dan Vietnam. Secara berturut-turut yaitu 26.68, 26.49, 9.38, 9.05, 5.87, 4.73, dan 2.97%. Sedangkan untuk konsumsi teh pada tahun 2005 mencapai 3.36 milyar meter ton.


Perkembangan Teh di Indonesia
Dr. Andreas Cleyer, seorang berkebangsaan Belanda yang membawa bibit tanaman teh ke Indonesia merupakan awal dari munculnya teh di Indonesia. Tanaman tersebut dijadikan tanaman hias pada tahun 1686. Mulai tahun 1728, bibit teh dari China mulai dibudidayakan di Pulau Jawa. Dr. Van Siebold berhasil mempromosikan bibit teh asal Jepang di Indonesia dan pada tahun 1828 perkebunan teh di Indonesia baru dimulai yang dipelopori oleh Jacobson.
Teh menjadi komoditas yang menguntungkan sehingga pada masa pemerintahan Belanda di bawah pimpinan Gubernur Van Den Bosch, rakyat Indonesia dipaksa menanan tanaman teh dalam politik kerja paksa Belanda. Setelah Indonesia merdeka, perkebunan teh diambil alih oleh pemerintah. 

Seiring dengan perkembangan zaman, khasiat minum teh pun semakin banyak diketahui. Sayangnya konsumsi teh di Indonesia masih rendah, baru mencapai 0.2 kg/kap/tahun. Padahal Indonesia merupakan penghasil teh terbesar setelah India, China, Sri Lanka, dan Kenya. Kemungkinan konsumsi teh Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat tentang khasiat teh itu sendiri. 

Jenis-jenis Teh
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya,
Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses
pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
Teh kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.
Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.
Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (H­eung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.


Khasiat Teh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan polifenol yang tinggi pada teh hijau berperan sebagai pelindung terhadap serangan kanker karena dapat menetralkan radikal bebas yang menjadi penyebab kanker payudara. Selain minum teh juga bermanfaat untuk mengatasi diabetes (teh tawar) dan berbagai komplikasinya termasuk terjadinya katarak.
Teh dapat meningkatkan kerja insulin di dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa mengonsumsi teh hijau, teh hitam, maupun teh Oolong dapat meningkatkan aktifitas insulin sampai 15 kali. Hal ini disebabkan karena teh mengandung suatu komponen aktif yang dinamakan epigallocathecin gallate.

Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Teh
No
Komponen
Jumlah
1
Kalori
17 kJ
2
Air
75-80%
3
Polifenol
25%
4
Karbohidrat
4%
5
Serat
27%
6
Pektin
6%
7
Kafein
2.5-4.5%
8
Protein
20%
                                        Sumber: Wilson et al (1992)

Bahaya Konsumsi Teh
Tidak selamanya konsumsi teh memberikan khasiat bagi kesehatan. Bahaya konsumsi teh dapat terjadi dan berdampak bagi kesehatana jika dalam mengonsumsinya berlebihan dan/atau menambahkan beberapa bahan pangan seperti gula tambahan dan susu. Konsumsi teh yang disarankan yaitu satu hingga dua gelas sehari. 
Jika ingin mengonsumsi teh dengan tambahan gula atau teh dalam kemasan hendaknya memperhatikan banyaknya serta kandungan gula. Satu porsi minuman teh dalam kemasan, misalnya, rata-rata mengandung 150 kalori, kebutuhan seseorang sekitar 1.500 kalori. Jadi, dampaknya tidak signifikan, kecuali jika berlebihan dalam mengonsumsinya." Asalkan disajikan dengan moderat, tidak ada dampak negatif teh yang perlu dikhawatirkan. Moderat artinya minum teh cukup satu atau dua gelas sehari. Ini juga berlaku buat minuman teh dalam kemasan kertas, botol, plastik, dan lain-lain. Satu atau dua botol saja sudah cukup. Jangan sampai berlebih karena dalam teh ada senyawa yang bernama tanin. Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Karena dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada makanan sulit diserap tubuh. 

Sebaiknya jangan terlalu kental atau pekat dalam mengonsumsi teh. Asalkan aroma dan rasanya sudah sedap, maka itu sudah lebih jauh dari cukup. Mirip teh yang disajikan orang Sunda, bukan ala orang Jawa yang kerap menyajikan teh panas, legit, dan kental. Jika menggunakan teh celup, maka celupkan beberapa kali saja, jangan sampai didiamkan di gelas sampai berwarna pekat. Semakin pekat teh maka semakin banyak kandungan tanin di dalamnya.Yang penting lagi, hindari mengonsumsi teh setelah makan. Jika ini diabaikan, maka dikhawatirkan akan mengalami anemia, kekurangan zat besi. Obat untuk sakit lambung juga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh, karena dapat mengurangi khasiatnya.

Sebaiknya juga tidak minum teh di malam hari atau sebelum tidur. Ini karena teh juga mengandung kafein. Senyawa tersebut mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem saraf pusat yang menghasilkan peningkatan aktivitas mental, kemungkinan jadi sulit tidur. Sebelum tidur, yang baik justru seharusnya minum susu, bukan minum teh.

Kafein merupakan masalah yang mungkin dapat ditimbulkan apabila anda mengkonsumsi teh hijau terlalu banyak.

Meskipun kopi memiliki persentase lebih tinggi terhadap kafein daripada teh, tetapi teh hijau sangat rawan  dalam memberikan efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping yang paling umum akibat terlalu banyak kafein antara lain, denyut jantung semakin cepat, sering muntah dan diare, mudah gelisah serta mudah tersinggung untuk beberapa orang tertentu.
Selain overload kafein, ada beberapa efek samping lain dari terlalu banyak minum teh.

Selain kafein, tannin yang ada pada teh hijau dapat menyebabkan masalah pencernaan.

Tannin adalah zat, pahit polyphenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan kering pada mulut dengan konsumsi anggur merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh (Wikipedia). Tannin bisa mengganggu selaput perut, sehingga sering menyebabkan rasa mual. Terutama iritasi dimana biasanya disebabkan karena seduhan teh yang terlalu lama, menseduh teh lebih dari 3 menit dapat merusak rasa, sehingga rasanya sangat pahit dan cenderung sekali menyebabkan gangguan perut.

Dianjurkan juga pada wanita untuk menghindari teh hijau selama kehamilan, tidak hanya karena kafein tersebut, tetapi juga ada resiko seperti cacat tabung saraf pada bayi. Epigallocatechin gallate (EGCG), antioksidan dalam teh hijau, merupakan dugaan terhadap penyumbang cacat tersebut.  Sebagai tindakan pencegahan, disarankan untuk menghindari minuman yang mengandung kafein, termasuk teh selama kehamilan.

Teh memiliki efek penipisan pada darah sehingga dokter sering menyarankan pada pasiennya untuk menghindarinya, apabila pasien mereka mengambil obat pengencer darah atau karena menjalani operasi karena membantu mencegah pembekuan darah.

Tetapi tidak perlu khawatir, sebab bila anda tidak berlebihan dalam mengkonsumsi teh hijau, maka hal tersebut masih tetap aman untuk dikonsumsi.

Penambahan susu ke dalam teh justru akan menetralisir manfaat teh. Protein yang terkandung dalam susu akan mengikat senyawa bekhasiat dalam teh sehingga tidak sanggup menghambat penyerapan lemak.

Ketika berikatan dengan kompleks protein dalam susu, theaflavin dan thearubigin tidak bekerja. Artinya kita tidak akan mendapat manfaat apapun baik dari susu maupun teh.

Campuran susu sering ditambahkan dalam teh untuk membuat beragam variasi penyajian teh, salah satunya teh tarik yang cukup populer di Asia Tenggara. Selain untuk mendapatkan citarasa yang unik, banyak yang menganggap kombinasi ini bisa memberikan manfaat teh dan susu sekaligus.

Para peneliti menyarankan, jika ingin mendapatkan manfaat teh yang dapat melangsingkan tubuh maka sebaiknya tidak diberi campuran apapun. Teh tawar lebih dianjurkan, karena penambahan gula hanya akan menambah ekstra kalori yang justru memicu kegemukan.


Pustaka

Anonim. Teh. http://id.wikipedia.org/wiki/Teh [13 Juli 2011].

Anonim. Manfaat teh bagi anak. http://www.enformasi.com/2010/04/manfaat-teh-bagi-anak.html [13 Juli 2011].

Anonim. Mengonsumsi teh hijau jangan berlebihan? (Bahaya). http://iloveunair.blogspot.com/2010/07/mengkonsumsi-teh-hijau-jangan.html [13 Juli 2011].

Anonim. 2011. Jauhi teh tarik, jika ingin kurus. http://greenlove-ind.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1530:jauhi-teh-tarik-jika-ingin-cepat-kurus&catid=64:hidup-sehat  [13 Juli 2011].


Chi- Tang Ho, Jen- Kun Lin, Fereldpon Shahidi. 2009. Tea and Tea Products Chemistry and Health Promoting Properties. CRC Press.

Kumalaningsih S. 2007. Antioksidan Alami Penangkal Radikan Bebas: Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan, dan Pengolahan. Jakarta: Trubus Agrisarana.

Soraya N. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Jakarta: Penebar Plus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar ya di sini, terima kasih.